Sajak Darwis Tere Liye, Kata Siapa Nikah Itu Cepat-Cepatan?
Terkadang, kita terlihat kuat, bukan karena kita kuat sungguhan, tapi kita tidak punya pilihan lain, hanya itu yang tersisa.
Maka, tidak mengapa. Besok-besok, semoga kita jadi kuat betulan, dan itu menginspirasi orang lain.
*Tere Liye
Tahukah kau, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya,
justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi.
Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai
bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.”
*Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
Kata siapa nikah itu cepat-cepatan? Yang ada nikah itu lama-lamaan.
Siapa yang paling lama, langgeng, awet sampai aki-nini, bahagia dunia
akherat.
Mungkin begitu. Jadi, tenang saja kalau belum dapat juga; semoga segera.
*Tere Liye
*Tere Liye
Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri.
Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya
berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun
mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata
dan mana simpul yang dusta.”
*Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Nothing" dan "Everything" itu dekat sekali Sehari yang lalu seseorang itu bisa jadi "everything" kita, untuk besok
lusa "nothing" yang tersisa. Oleh karena itu, pandai-pandai-lah
mengendalikan harapan. Apalagi, jangan sampai, kita melakukan
"everything" untuk seseorang yang menganggapnya "nothing". Itu rumit dan
menyesakkan.
*Tere Liye
9 dari 10 kasus PHP (pemberi harapan palsu) simpel karena ada yang
terlalu GR (gede rasa). Orang cuma senyum doang, dianggap naksir. Bahkan
berpapasan sebentar saja dibilang pertanda besar.
Boleh GR? Boleh, silahkan, kalau yang bersangkutan sudah datang dengan
keluarga besarnya ke rumah. Itu beneran pertanda super, nyaris tdk
meleset lagi.
*Tere Liye
Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan
itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena
itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
― Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"
Nasehat orang tua kalian, bahkan lebih indah dibanding nasehat2 di page
ini. Malah lebih afdol, karena mereka orang tua sendiri, dijamin kasih
sayangnya murni.
Dengarkanlah mereka. Bahkan kalaupun kalian tidak sependapat,
mendengarkan dengan baik nasehat dari orang tua sudah satu poin
kebaikan.
*Tere Liye
Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan
berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah diwaktu yang
tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi
hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar.
Sementara menanti, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik.
Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu
semakin besar, atau semakin memudar.
*Tere Liye
Mengalah itu bukan perkara orang lemah. Mengalah itu justeru adalah
milik orang yang kuat, yang paham sekali, lebih baik mengalah daripada
binasa semuanya, lebih baik mengalah untuk kebaikan esok lusa.
*Tere Liye
Jatuh cinta itu bukan dosa apalagi kesalahan. Tetapi melanggar batas dalam kaidah agama itu baru terlarang.
Boleh jatuh cinta kepada seseorang? Boleh. Itu manusiawi sekali. Tetapi
pastikan cinta itu dikelilingi oleh rambu2, agar tidak justeru merusak
diri sendiri.
*Tere Liye
Ketika pasangan yang telah menikah berpuluh2 tahun, suami istri,
salah-satunya meninggal, maka yang menyedihkan bukan melihat ada yang
ditinggalkan, ada yang sendirian.
Melainkan saat menyaksikan yang terbaring kaku, tidak bisa lagi mengusap
air mata di pipi yang duduk menangis di sebelahnya. Itulah hakikat
kasih sayang. Ketika tiada lagi yang bisa menghibur kekasihnya.
Saksikanlah momen2 ini pada kakek-nenek kita, orang2 tua di sekitar
kita, saat cinta mereka "dihentikan" oleh waktu. Belajarlah dari hal2
ini, cinta bukan sekadar gejolak masa muda yang singkat. Belajarlah dari
orang2 tua kita, tidak perlulah terlalu percaya novel2 gombal (apalagi
karangan Tere Liye).
*Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar