Minggu, 27 Desember 2015

tersenyum

"Tidak semua yg tersenyum pada kita itu teman, dan tidak semua yang menyakiti kita itu musuh.
Tidak semua yang bermanis2 ria kepada kita itu sahabat, dan tidak semua yang berkata tegas, terasa jleb, sakit itu lawan."
Nasehat ini bukan menyuruh kita berburuk-sangka, tapi agar kita bisa pandai menjaga diri.

*Tere Liye

Yang Dilupakan Anak Muda

Waktu,
Adalah ujian seberapa lama cinta bisa menunggu.
Jarak
Adalah ujian seberapa jauh cinta bisa melewati perjalanan....
Perbedaan
Adalah ujian seberapa pandai cinta bisa saling memahami.
Kesempatan,
Adalah ujian seberapa teguh cinta bisa memutuskan.
Masalah,
Adalah ujian seberapa tangguh cinta bisa bertahan.
Dan terakhir, Melepaskan,
Adalah ujian seberapa rindu cinta bisa kembali. Karena jika dia adalah cinta sejati, sungguh dia akan kembali dan kembali lagi ke tempat terbaiknya.

*Tere Liye

sudah selesai


Ada sesuatu yang jika memang sudah selesai, maka sudah demikianlah, tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain menerimanya dengan lapang.

Kita tidak bisa lagi menyiram bunga yang sudah mati. Buat apa? Tidak akan tumbuh, tidak akan berbunga. Lebih baik, bersiap menanam bunga berikutnya.

*Tere Liye

Alasan

Ada sebuah keluarga, besar, 8 bersaudara, tiga cowok, lima cewek. Orang tua mereka buruh tani, bekerja di sawah milik orang. Berangkat pagi2, seharian dibakar panas matahari, atau kalau hujan, disiram hujan, pulang sore2, untuk upah yang seadanya sekali. Itupun kalau ada pekerjaan dari pemilik sawah, jika tidak, maka jadilah serabutan mengerjakan yang lain. Rumah mereka kecil seadanya, makan juga susah sesedianya. Pakaian lungsuran dan beli di pasar loak (atau pemberian orang lain), jangan tanya tas, sepatu dan barang2 lainnya, tidak ada. 

Waktu melesat cepat. 8 bersaudara ini telah besar. Semuanya lulus sarjana universitas top negeri ini. Empat diantaranya mengambil master, satu yang paling brilian, sedang menyelesaikan doktor di luar negeri.
Apakah ini menakjubkan? Tidak. Berserakan contohnya di sekitar kita. Ketika ketekunan, kerja keras berhasil mengalahkan keterbatasan. 8 bersaudara ini sejak kecil, memang miskin, tapi mereka dididik dengan baik oleh orang tuanya. Mereka tidak pintar-pintar amat, tidak terlahir jenius (kecuali satu yang paling brilian), tapi kecintaan 8 bersaudara ini akan proses belajar, ketekunan melewati prosesnya, pantang menyerah, membawa mereka pergi jauh sekali. Nilai2 mereka cemerlang, masuk sekolah2 yang baik, beasiswa mengalir, pun jika tidak ada beasiswa mereka memutuskan sekolah sambil bekerja, satu-persatu prestasi digapai, 8 bersaudara saling bahu-membahu mengejar pendidikan terbaik.

Lantas refleksikanlah cerita ini ke kondisi kita. Karena pertanyaan paling mendesak jika kita tidak berhasil menggapai pendidikan baik adalah: apakah kita memang serius atau tidak sih sekolah? Apakah kita memang niat atau hanya banyak alasan? Tidak pernah menjadi salah orang, salah situasi, salah sistem, apalagi salah Tuhan jika kita tidak bisa sekolah tinggi. Oh well, saya tahu my dear, banyak orang sukses tanpa harus sekolah tinggi. Bill Gate misalnya, atau pemilik facebook, si Mark Zuckerberg. Dua orang ini memang gagal sekolah. Tapi mereka, dua-duanya adalah DO dari Harvard University, salah-satu kampus paling top sedunia. Oh well, saya juga tahu, Ibu Susi juga tidak sekolah tinggi bisa jadi menteri, tapi jangan lihat itunya saja, kenapa ketekunan, kerja-kerasnya tidak yang kita contoh? Putus sekolah, usia 17-18, Ibu Susi berani menjual perhiasannya, untuk modal usaha. 

Masa depan kita itu adalah tanggungjawab kita. Apa yang akan terjadi 10, 20 tahun dari sekarang adalah cermin dari apa yang kita kerjakan sekarang. Maka, jika kita hari ini malas, lebih sering buka gagdet, HP dibanding buka buku pelajaran. Lebih sering berjam-jam, setiap hari menghabiskan waktu mubazir dibanding tekun belajar, menunda-nunda, malaaas sekali, jangan pernah menyalahkan siapapun atas masa depan kita kelak. 

Sebelum terlanjur (karena toh contohnya juga banyak di sekitar kalian), singkirkanlah semua kenikmatan sesaat menghabiskan waktu sia-sia, mulailah berpikir, merenungkan masa depan kita. Kemudian ikuti dengan sungguh2 belajar. Apa itu sungguh2 belajar? Tidak dengan cuma membaca buku 30 menit, kemudian sudah merasa belajar, itu sih alasan lagi. 8 bersaudara tadi, saat remaja, bisa hingga pukul 12 malam masih tekun membaca buku, masih terus latihan soal. Pemegang nilai UN tertinggi tahun lalu, bahkan belajar hingga jam 2 malam (belajar! bukan main gagdet). Kerja keras yang akan mereka nikmati bertahun2 kemudian. Sekali kesuksesan mereka rengkuh, kehidupan menjadi lebih mudah, mereka bisa santai kapanpun mereka mau sekarang. Jangan terbalik maunya, masih remaja ingin santai, saat tua juga ingin santai. Tidak laku rumusnya.
Pikirkanlah. Jika kita gagal dalam pendidikan, gagal dalam masa depan, itu bukan salah orang lain, tapi salah kita sendiri.
*Tere Liye

kebaikan


Orang-orang mudah sekali melupakan kebaikan yang kita berikan. Tapi kalau sudah bicara kebaikan yang dia berikan, maka dia akan ingat sampai mati.

Sebaliknya, orang-orang mudah sekali mengingat kesalahan yang kita perbuat. Tapi kalau sudah bicara kesalahan yang dia lakukan, sedetik berlalu bahkan telah lupa.

Tapi tidak mengapa. Tetaplah berbuat baik dengan mereka. Kemuliaan hidup itu tidak akan tertukar. Pun ketenteraman, rasa damai, itu juga tidak akan tertukar.

*Tere Liye

Jumat, 18 Desember 2015

Sahabat baik

Sahabat baik seperti belajar naik sepeda
Walaupun lama tak bersua,
Jarak dan waktu memisahkan,
Saat bertemu kembali, tetap sama
Mungkin sedikit kaku di awalnya, tapi sama menyenangkan

Sahabat baik laksana lukisan bersejarah
Walaupun muncul teman baru
Tempat baru, sekolah baru, pekerjaan baru
Selalu ada tempat meletakkan lukisan tersebut
Di ruangan terbaik, dan semakin bernilai
Di antara benda-benda istimewa lainnya

Sahabat baik seperti hujan
Yang menyiram lembut tanah gersang nan tandus
Agar tumbuh benih-benih manfaat
Besok lusa tinggi menjulang karena kepedulian
Selalu begitu, tak pernah berhenti


" Tere Liye "

Saat Hujan

Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu

Dan, menangislah saat hujan, 
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan 
Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya
Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan, 
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah
 
Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan, 
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
 
 " tere liye "

 

Memilikimu




Saya mencintai sunset,
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah,
kalaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyayangi serumpun mawar
berbunga warna-warni, mekar semerbak
Tapi saya tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar
tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah saya lakukan

Saya mengasihi kunang-kunang
terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap
Tapi saya tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan
tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah saya lakukan

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki
Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini
Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang
Egois sekali, Kawan, jika tetap kau lakukan.

Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari
Tiada lagi indah langit tanpa purnama
juga taman tanpa mawar merekah
Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang

Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini
Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya
Seperti apa adanya
Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati
Selalu begitu, hingga akhir nanti.


" Darwis Tere Liye  "



Selasa, 17 November 2015

Sajak Lusuh dan Kusam

Kita menyaksikan gelandangan tidur di jalanan, atau kolong-kolong jembatan
Mereka tidur meringkuk menahan dingin malam hari
Tapi kita juga menyaksikan rumah-rumah mewah, megah berpualam
Penghuninya dingin, tanpa kehangatan di dalamnya

Kita menyaksikan orang-orang yang berpakaian sederhana
Pakaian bertambal, sepatu berlubang, lusuh dan kusam
Tapi kita juga menyaksikan orang-orang dengan baju mahal, tinggal pilih
Lusuh dan kusam sekali hatinya, bahkan berlubang tiada guna

Kita menyaksikan orang-orang yang makan seadanya
Nasi kering, sehari sekali, jangan tanya soal gizi
Tapi kita juga menyaksikan makanan lezat terhampar disikat orang-orang
Yang hatinya justeru kering, tak pernah diberi asupan bergizi

Entahlah apa yang kita cari di dunia ini
Ada yang begitu kencang berlari
Tidak peduli mana halal, mana haram dihajar saja
Tapi buat apa? Maksimal ternyata hanya untuk dipamerkan
Berlomba-lomba sekadar untuk pamer
Hingga lupa, hei, kebahagiaan itu ada di hati orang atau di hatinya?

Kita menyaksikan orang-orang yang hidupnya sangat bersahaja
Tidak pusing dengan esok lusa, selalu bersyukur dan berterima-kasih
Tapi kita juga menyaksikan orang-orang yang ingin terlihat hebat
Yang justeru selalu cemas dengan besok, selalu merasa kurang

*Tere Liye

*Salah-paham

Hidup ini bukan untuk menjelaskan. Habis waktu jika kita harus menjelaskan ini-itu. Pun kalaupun kita sudah jelaskan, apakah semua jadi terang-benderang? Tidak juga. Malah semakin rumit seperti benang kusut. Maka, salah-paham, salah-sangka, praduga keliru, adalah keniscayaan. Tidak bisa kita enyahkan. Dimana-mana ada salah-paham.

Orang-orang akan keliru menafsirkan kalimat yang kita sampaikan. Maksud kita baik, tulus, disangka jahat dan penuh rencana. Tidak masalah, itu normal-normal saja. Orang-orang juga keliru menafsirkan perbuatan kita, tindakan kita, yang tujuannya adalah A, ternyata ditafsirkan Z. Kita lakukan untuk perbaikan, disangka untuk kejahatan. Kita tidak sedang rese, menyindir, disangka sedang menyerang habis2an. Juga tidak masalah, ini sering terjadi. Orang-orang salah menyimpulkan pilihan kita, keputusan kita, jalan hidup dsbgnya, dsbgnya. 

Apakah kita harus bergegas menjelaskan? Hampir kebanyakan jawabannya: Tidak perlu. Kalaupun memang perlu dijelaskan, nanti-nanti saja. Tidak sekarang. Tapi bagaimana dong? Kan nggak enak kalau tidak dijelaskan? Aduh, jangan cemas dengan penilaian orang lain, jangan cemas dengan omongan orang lain, yakinilah, salah-paham, selalu bisa diurai saat kita terus konsisten memang bermaksud baik dan tulus. Kalaupun tidak bisa diurai hingga kita mati, tidak masalah, besok lusa mungkin akan terurai.

Kalian pasti tahu kisah Nabi, yang setiap hari menyuapi pengemis Yahudi yang menyumpahinya, "Muhammad adalah orang gila, tukang sihir, jangan didekati, dstnya", si pengemis ini fatal sekali salah-paham. Nabi tidak sekalipun bergegas berusaha menjelaskan, tapi memilih terus kongkret mengurus kakek tua pengemis ini dengan tulus dan lemah-lembut. Hingga Nabi meninggal, pengemis ini terus salah-paham, hingga akhirnya Sahabat Nabi Abu Bakar meneruskan mengurus si pengemis, menyuapinya makan. Si pengemis bertanya, mana orang yang biasa menyuapinya? Kok sekarang beda cara menyuapinya? Abu Bakar bilang, orangnya sudah meninggal, dan dialah Nabi Muhammad. Sungguh, dek, itu nyesek sekali, jleb bagai disambar petir, saat si pengemis ini akhirnya mengetahui kebenarannya, bahwa Nabi bukan orang gila, justeru Nabi orang yang selama ini telah mengurusnya, ngasih makan. Nabi tidak seperti prasangka jahatnya.

Adik-adik sekalian, belajarlah dari kisah ini, apakah Nabi bergegas di hari pertama bilang, bahwa dia tidak seperti disangkakan si pengemis? Jawabannya tidak. Nabi fokus terus berbuat baik. Konsisten.
Saya bukan orang bijak, kita semua jauh sekali levelnya bahkan untuk menyentuh kebijakan sahabat Nabi yang paling biasa-biasa saja. Tapi ingatlah selalu nasehat ini, bahwa daripada sibuk menjelaskan, lebih baik sibuk produktif dan kongkret. Daripada sibuk menjelaskan (yang kadang malah cenderung bela diri, defensif), lebih baik fokus terus memperbaiki diri.

Besok lusa, insya Allah, salah-paham bisa dijelaskan. Orang2 akan menangis telah keliru menyimpul, orang2 akan terdiam telah salah-paham, orang-orang akhirnya mengetahui kebenaran sejatinya. Tapi itu bukan urusan kita, itu urusan mereka. Kecuali kalau yang salah paham itu adalah kita, nah, itu sungguh rumit sekali. Mau jadi seperti pengemis yahudi tadi?

*Tere Liye

Hidup Tidak Akan Tertukar

Ada sebuah keluarga PNS sederhana. Bapaknya kerja di pemda urusan perijinan, istrinya ibu rumah tangga biasa. Seumur2, 40 tahun bekerja sebagai PNS, tidak sekalipun minta uang, menyulitkan orang lain. Justeru sebaliknya bekerja tepat waktu, tidak korup waktu pekerjaan, selalu berusaha memenuhi janji, memudahkan orang lain, takut sekali telah mengambil hak orang lain.

Saat tua, masa-masa muda yg penuh kesempatan berlalu begitu saja, 40 tahun bekerja, apa yg dia dapat? Hasilnya amat bersahaja. Rumah sederhana, motor tua, tabungan tak ada, hanya uang pensiun secukupnya.

Tetapi hidup ini tidak pernah tertukar, Kawan. Satu mili pun tidak. Anak mereka, 6 orang, semua berhasil. Lulusan luar negeri, memiliki profesi baik, punya keluarga baik, cucu2 yg pintar, cantik, tampan, ilmu agama mumpuni, saleh, hidup berkecukupan, 6 orang anaknya sukses. Semua kejujuran, kemudahan dan pertolongan yg diberikan bapak PNS ini mantul, membal, kembali kepada anak2nya. Si sulung ingin daftar S1, banyak sekali yg bantu, anak nomor 2 ingin memulai bisnis, tidak terhitung kemudahan terbuka. Bahkan urusan sepele, saat anak2 mereka masih kecil, dan jatuh sakit, meski hidup sederhana, semua pintu pertolongan seperti terbuka begitu saja. Menakjubkan. Dan itu baru di dunia, kita tidak tahu, akan seberapa besar membal, mantul, kembalinya semua kebaikan bapak PNS ini kelak di akherat kepadanya.

Nah, begitu pula sebaliknya dgn semua keburukan. Juga akan memantul kembali ke kita, tidak di dunia, kelak diakherat akan serius sekali. Kita kira orang-orang korup, mencuri, aniaya, akan dibiarkan begitu saja? Hidup ini tidak pernah tertukar. Jadi mari direnungkan, dicamkan, diyakini. 

*Tere Liye

Jika kalian mencari idola



Saya berikan catatan yang sangat rinci, jika kalian ingin mencari idola, berikut karakter yang harus dipenuhi oleh idola kalian tersebut:

1. Hidup bersahaja.
Penting sekali idola kalian itu hidup bersahaja. Itulah dia sebenar-benarnya. Pakaiannya, tampilannya, cara hidupnya, itulah dia wujud sebenar-benarnya. Bukan hasil dempul, hasil oplosan, apalagi pencitraan, rekayasa, dsbgnya. Kalian mau mengidolakan boneka, manekin berjalan? Seluruh fisik luarnya hanyalah polesan artifisial.

2. Ahklak baik.
Pastikan idola kalian memiliki ahklak tidak tertandingi. Tutur katanya lembut, menyayangi pembencinya, tersenyum pada musuhnya. Dan itu semua memang tulus. Crazy sekali jika kita mengidolakan sebuah kelompok--yang di kelompok itu, angka bunuh dirinya tertinggi di dunia. Juga kehidupan bebas, pergaulan bebas. Kelompk yang santai sekali minum alkohol, sex bebas. Bagaimana dia akan tulus tersenyum pada fansnya?

3. Bermanfaat & Menginspirasi.
Setelah kita memastikan idola kita bersahaja dan berahklak baik, tentu pastikan apakah idola kita ini memberikan manfaat? Memberikan inspirasi kepada kita? Memberikan nasehat, agar kita terus menjadi orang yang lebih baik? Apakah idola kita membawa dampak nyata yang baik kepada kita?

4. Tidak menjadikan kita pasar
Nah, ini yang sering keliru sekali. Jika idola kita itu menjadikan kita pangsa pasar, dia jualan sesuatu kekita, itu sungguh "penipuan". Rugi sekali kalau kita menjadikan dia idola. Saya, misalnya, Tere Liye, penulis, rugi sekali jika kalian menjadikan saya idola, saya ini jualan buku, film, sinetron, acara2, dsbgnya. Hubungan kita boleh jadi simpel hanya: penjual dan pembeli. Kita jejeritan, mendukung idola habis2an, berpeluh mengantri, tapi sebenarnya, kita hanya pasar dia doang.

5. Memikirkan fansnya.
Terakhir, sungguh, carilah idola yang ketika dia hampir meninggal pun, tidak sekalipun dia berhenti memikirkan balik fansnya. Cemas sekali dengan fansnya, apakah fansnya ini akan selamat atau tidak. Carilah yang seperti ini adik-adik sekalian, yang saat kita memikirkannya, idola kita pun sungguh memikirkan kita juga. Itu baru nyambung, seimbang, dan seorang idola sejati.

Lantas siapa yang bisa memenuhi 5 syarat ini? Memang ada yang begini? Yang bersahaja, berahklak baik, bermanfaat, menginsipirasi, tidak menjadikan kita pasar dan selalu memikirkan kita? Ada.

Silahkan baca ulang 1 s/d 5, pikirkanlah Nabi kalian, tidakkah kalian tergerak menjadikannya idola?

Ingatlah selalu. Dalam hadist yang sangat sahih, riwayat Muslim, Nabi pernah berwasiat, kita akan bersama idola kita kelak saat kiamat. Barangsiapa yang mengidolakan si A, maka kalian akan bersama dia kelak. Itulah teman kita di sana. Barangsiapa yang habis2an, berlebihan sekali, apapun dilakukan demi yang disukainya, itulah yang akan bersama kita kelak. Karena itu memang cocok satu sama lain, yang menjadi fans, dan yg diidolakan.

*Tere Liye

Bukankah, atau bukankah.....???


Bukankah,
Banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
Yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
“jadi, jawaban apa yang harus diberikan?”
Bukankah,
Banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
Yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
“aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?”
Bukankah,
Banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
Yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
“kau menungguku? Sejak kapan?”
Bukankah,
Banyak yang menambatkan harapan
Yang sayangnya seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
“akan kau tambatkan di mana?”
Bukankah,
Banyak yang menatap dari kejauhan
Yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain
Bukankah,
Banyak menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
Yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
Pun bagaimana akan membacanya
Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia

Jumat, 23 Oktober 2015

Sajak Darwis Tere Liye, Lepaskan


Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang.
Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih ringan.
Lepaskanlah, maka semoga kita menyadari tidak ada sesuatu yang sesungguhnya kita miliki.

Kemampuan melepaskan, melupakan, membiarkan atau apapun orang menyebutnya adalah salah-satu akar penting dari pohon kehidupan.


Jangan dipaksakan, jangan digigit terus, lepaskanlah. Maka biarkan pohon kehidupan kita tumbuh besar, kokoh, rimbun dan berbuah.

Apapun itu, baik kejadian menyakitkan, tindakan aniaya orang lain, pengkhianatan, atau hal-hal kecil seperti ketinggalan bus, kehilangan buku, kaki bengkak terantuk ujung meja, lepaskanlah.

Apapun itu, baik kehilangan seseorang yang penting, padamnya perasaan, kekecewaan menunggu, gagal ujian, atau hal-hal kecil seperti kehabisan menu favorit, disenggol motor, komen tidak direply, lepaskanlah.

Jangan keukeuh dipegang buah busuknya. Jangan ngotot disimpan bisul kejadian tersebut di hati, lepaskanlah, maka kita akan melihat kesempatan baru, penjelasan baru, atau sekadar kesegaran suasana baru.

Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang.
Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih ringan.
Lepaskanlah, maka semoga kita menyadari tidak ada sesuatu yang sesungguhnya kita miliki.



Kamis, 17 September 2015

Cinta Itu

Sajak Darwis Tere Liye, Cinta Itu

Cinta itu mendengarkan, bukan bicara
Karena setiap hari kita bisa bicara tanpa cinta sedikit pun
Bicara, bicara dan bicara
Tapi perlu cinta untuk mau mendengarkan
Mendengarkan dengan kesadaran
Mendengarkan tanpa lelah dan bosan


Cinta itu memberi, bukan menerima
Apakah para pencinta butuh diterima rasa cintanya?
Apakah para pencinta berharap jawaban iya?
Sama sekali tidak
Kita bisa terus memberi tanpa berharap menerima
Karena demikianlah cinta sebenarnya


Cinta itu memahami, bukan menjelaskan
Semakin dijelaskan, maka semakin goyah pondasinya
Tapi semakin dipahami, semakin dalam akarnya
Jangan tertipu oleh kalimat-kalimat penjelasan
Karena cinta tidak butuh penjelasan
Dia hanya butuh dipahami


Cinta itu perjalanan, bukan pemberhentian
Kita tidak berhenti hanya karena menemukan cinta
Justeru baru dimulai perjalanan panjangnya
Kadang lelah, bosan, bahkan tergoda pergi
Kadang sakit, patah hati bahkan dirundung susah
Tapi perjalanan harus diteruskan


Dan terakhir
Cinta itu adalah bersabar, bukan tergesa-gesa
Bersabar menunggu waktu terbaiknya
Bersabar menunggu orang paling tepat
Bersabar dengan cara paling mulia
Dan tentu saja
Bersabar atas setiap skenario yang terjadi


*Tere Liye

Minggu, 13 September 2015

Cinta Datang Dari Banyak Pintu

Sajak Darwis Tere Liye, Cinta Datang Dari Banyak Pintu

Cinta datang dari banyak pintu; sebagian besar dari kita datangnya lewat pintu mata, atau pintu telinga; sebagian lagi yang paham, menggunakan pintu berbeda.
Pintu hatinya.
— Tere Liye

Jomblo yang bahagia adalah spesies paling menarik bagi lawan jenis sejagad raya. Kalau sudah niat, nyari jodohnya insya Allah gampang.
*Tere Liye

Jadilah seseorang yang: "Aku akan tetap menunggu. Tidak peduli kau datang atau tidak." untuk seseorang yang: "Aku akan pasti datang. Tidak peduli kau tetap di sini atau pun tidak."
Meski hingga detik ini kita tidak tahu siapa seseorang tersebut. Meski kita terlampau malu dengan harapan-harapan. Teruslah memperbaiki diri, besok lusa kita akan paham hakikat nasehat ini.
-Tere Liye

Doa itu berkorelasi dengan kelakuan. Doa minta jodoh yang baik, maka tidak nyambung kalau kita pacaran, berdua-duaan, mojok, merusak diri.
Doa minta nilai bagus, bisa lanjut ke sekolah cita-cita, maka tidak nyambung kalau kita kebanyakan main HP, gagdet, lebih banyak buka facebook dibanding buka buku.
Doa dan kelakuan harus nyambung. Kalau tidak nyambung, sama kayak kirim SMS, tapi jaringannya putus, nggak sampai SMS-nya, cuy.
*Tere Liye

Saya benar-benar menghimbau, semarah apapun kalian dengan delay pesawat, jangan pernah menyamakan pesawat dengan metromini apalagi angkot. Ayo, komen begini, sama sekali tidak banyak faedahnya, dan mengundang keributan baru, jadi kemana-mana. Karena Mamang Sopir Angkot jadi ikut marah. Mana mau mereka disamakan dengan delay pesawat, sekacau apapun angkot, mereka tidak pernah ngetem 23 Jam. Membuat penumpang bete sehari-semalaman nunggu. Catat itu baik-baik.
*Tere Liye, murid berisik di kelas


Kita tidak berhenti menyayangi dan peduli kepada seseorang hanya karena kita sedang bertengkar, marah atau benci padanya. Tidak.
Apalagi hanya karena beda pendapat.
*Tere Liye

Shalat adalah kriteria utama mencari jodoh, dek. Memang tidak ada jaminan 100% kalau pasangan kalian rajin shalat maka keluarga akan otomatis bahagia, bebas masalah. Tapi shalat adalah kewajiban mutlak. Mau preman, mau penjahat, mau munafik, mau apapun, jatuh kewajiban tersebut kepada kita.
Pikirkanlah berkali2 jika calon kalian tidak shalat.
*Tere Liye

Cinta laki2 itu sifatnya kecil tapi sering terjadi, sebaliknya cinta perempuan sifatnya besar tapi jarang terjadi.
Nasehat lama ini tidak selalu berlaku, tapi bermanfaat untuk memahami banyak hal
*Tere Liye

Rasa sakit hati itu indah. Setidaknya patah hati memberikan sensasi bahwa kita memang masih hidup. Hanya batu atau kerikil yang tidak sakit hati.
*Tere Liye, sepasang buku "Berjuta Rasanya" & "Sepotong Hati yg Baru

Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.
Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh.”
*Novel kembar "Negeri Para Bedebah" & "Negeri Di Ujung Tanduk", Tere Liye

Boleh jadi, yang kita buang, adalah sesuatu yang kita butuhkan. Boleh jadi, yang kita lupakan, adalah sesuatu yang mengingat kita.
Boleh jadi, yang kita tinggalkan, justeru adalah sesuatu yang selalu menunggu. Setia. Di sana.
*Tere Liye

Jika kita menyukai teman karena dia tampan, cantik, kaya, pintar, populer, baik dan semua kelebihan lainnya, maka itu sih lumrah saja. Rumus umum yang berlaku di dunia.
Tapi jika kita tetap berteman dengan seseorang yang jelek (maaf), miskin, biasa2 saja, tdk ada prestasinya, maka itu sebuah pertemanan yang baik.
Nah, jika kita tetap berteman dengan seseorang yang bangkrut, melakukan kesalahan, dijauhi orang lain, tetap membantunya, memberikan kekuatan, motivasi agar terus memperbaiki diri maka jelas itu sebuah keistimewaan. Amat spesial.
*Tere Liye
Kalau kita mendengarkan semua ucapan orang, maka dunia ini bisa jadi gelap gulita oleh asap hitam pikiran negatif.
--Tere Liye

Posisi memuji dalam agama kita, Ada seorang sahabat yang memuji sahabat lainnya, maka apa kata Rasul Allah: “Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jika kalian ingin memuji orang lain, maka berikut tipsnya:
1. Lakukan tanpa orang itu tahu; lakukan jauh darinya (ada kisahnya)
2. Ganti pujian tersebut dengan doa (juga ada kisahnya)
Sahabat Rasul, Ali, bahkan pernah bilang: “Kalau ada yang memuji kamu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu, daripada kamu terbuai oleh pujiannya.”
Agama itu adalah keseharian; kita pakai dalam setiap kegiatan. Tanpa pengecualian. Sekali ada nasehat agar kita berhati2 memuji, maka otomatis kita akan berhati2 untuk memuji.
Jika kalian merasa punya teori, dalil, argumen lebih kuat silakan saja dipegang. Dilupakan saja hadist sahih bukhari muslim ini. Buat yang mau mendengarkan, maka mulailah pahami: tidak perlu memuji orang lain berlebihan, biasa-biasa saja. Orang bisa berubah, nanti malah kecewa. Toh, kalaupun dia memang luar biasa, itu semua karena Allah--muara semua pujian.
*Tere Liye