Minggu, 27 Desember 2015

tersenyum

"Tidak semua yg tersenyum pada kita itu teman, dan tidak semua yang menyakiti kita itu musuh.
Tidak semua yang bermanis2 ria kepada kita itu sahabat, dan tidak semua yang berkata tegas, terasa jleb, sakit itu lawan."
Nasehat ini bukan menyuruh kita berburuk-sangka, tapi agar kita bisa pandai menjaga diri.

*Tere Liye

Yang Dilupakan Anak Muda

Waktu,
Adalah ujian seberapa lama cinta bisa menunggu.
Jarak
Adalah ujian seberapa jauh cinta bisa melewati perjalanan....
Perbedaan
Adalah ujian seberapa pandai cinta bisa saling memahami.
Kesempatan,
Adalah ujian seberapa teguh cinta bisa memutuskan.
Masalah,
Adalah ujian seberapa tangguh cinta bisa bertahan.
Dan terakhir, Melepaskan,
Adalah ujian seberapa rindu cinta bisa kembali. Karena jika dia adalah cinta sejati, sungguh dia akan kembali dan kembali lagi ke tempat terbaiknya.

*Tere Liye

sudah selesai


Ada sesuatu yang jika memang sudah selesai, maka sudah demikianlah, tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain menerimanya dengan lapang.

Kita tidak bisa lagi menyiram bunga yang sudah mati. Buat apa? Tidak akan tumbuh, tidak akan berbunga. Lebih baik, bersiap menanam bunga berikutnya.

*Tere Liye

Alasan

Ada sebuah keluarga, besar, 8 bersaudara, tiga cowok, lima cewek. Orang tua mereka buruh tani, bekerja di sawah milik orang. Berangkat pagi2, seharian dibakar panas matahari, atau kalau hujan, disiram hujan, pulang sore2, untuk upah yang seadanya sekali. Itupun kalau ada pekerjaan dari pemilik sawah, jika tidak, maka jadilah serabutan mengerjakan yang lain. Rumah mereka kecil seadanya, makan juga susah sesedianya. Pakaian lungsuran dan beli di pasar loak (atau pemberian orang lain), jangan tanya tas, sepatu dan barang2 lainnya, tidak ada. 

Waktu melesat cepat. 8 bersaudara ini telah besar. Semuanya lulus sarjana universitas top negeri ini. Empat diantaranya mengambil master, satu yang paling brilian, sedang menyelesaikan doktor di luar negeri.
Apakah ini menakjubkan? Tidak. Berserakan contohnya di sekitar kita. Ketika ketekunan, kerja keras berhasil mengalahkan keterbatasan. 8 bersaudara ini sejak kecil, memang miskin, tapi mereka dididik dengan baik oleh orang tuanya. Mereka tidak pintar-pintar amat, tidak terlahir jenius (kecuali satu yang paling brilian), tapi kecintaan 8 bersaudara ini akan proses belajar, ketekunan melewati prosesnya, pantang menyerah, membawa mereka pergi jauh sekali. Nilai2 mereka cemerlang, masuk sekolah2 yang baik, beasiswa mengalir, pun jika tidak ada beasiswa mereka memutuskan sekolah sambil bekerja, satu-persatu prestasi digapai, 8 bersaudara saling bahu-membahu mengejar pendidikan terbaik.

Lantas refleksikanlah cerita ini ke kondisi kita. Karena pertanyaan paling mendesak jika kita tidak berhasil menggapai pendidikan baik adalah: apakah kita memang serius atau tidak sih sekolah? Apakah kita memang niat atau hanya banyak alasan? Tidak pernah menjadi salah orang, salah situasi, salah sistem, apalagi salah Tuhan jika kita tidak bisa sekolah tinggi. Oh well, saya tahu my dear, banyak orang sukses tanpa harus sekolah tinggi. Bill Gate misalnya, atau pemilik facebook, si Mark Zuckerberg. Dua orang ini memang gagal sekolah. Tapi mereka, dua-duanya adalah DO dari Harvard University, salah-satu kampus paling top sedunia. Oh well, saya juga tahu, Ibu Susi juga tidak sekolah tinggi bisa jadi menteri, tapi jangan lihat itunya saja, kenapa ketekunan, kerja-kerasnya tidak yang kita contoh? Putus sekolah, usia 17-18, Ibu Susi berani menjual perhiasannya, untuk modal usaha. 

Masa depan kita itu adalah tanggungjawab kita. Apa yang akan terjadi 10, 20 tahun dari sekarang adalah cermin dari apa yang kita kerjakan sekarang. Maka, jika kita hari ini malas, lebih sering buka gagdet, HP dibanding buka buku pelajaran. Lebih sering berjam-jam, setiap hari menghabiskan waktu mubazir dibanding tekun belajar, menunda-nunda, malaaas sekali, jangan pernah menyalahkan siapapun atas masa depan kita kelak. 

Sebelum terlanjur (karena toh contohnya juga banyak di sekitar kalian), singkirkanlah semua kenikmatan sesaat menghabiskan waktu sia-sia, mulailah berpikir, merenungkan masa depan kita. Kemudian ikuti dengan sungguh2 belajar. Apa itu sungguh2 belajar? Tidak dengan cuma membaca buku 30 menit, kemudian sudah merasa belajar, itu sih alasan lagi. 8 bersaudara tadi, saat remaja, bisa hingga pukul 12 malam masih tekun membaca buku, masih terus latihan soal. Pemegang nilai UN tertinggi tahun lalu, bahkan belajar hingga jam 2 malam (belajar! bukan main gagdet). Kerja keras yang akan mereka nikmati bertahun2 kemudian. Sekali kesuksesan mereka rengkuh, kehidupan menjadi lebih mudah, mereka bisa santai kapanpun mereka mau sekarang. Jangan terbalik maunya, masih remaja ingin santai, saat tua juga ingin santai. Tidak laku rumusnya.
Pikirkanlah. Jika kita gagal dalam pendidikan, gagal dalam masa depan, itu bukan salah orang lain, tapi salah kita sendiri.
*Tere Liye

kebaikan


Orang-orang mudah sekali melupakan kebaikan yang kita berikan. Tapi kalau sudah bicara kebaikan yang dia berikan, maka dia akan ingat sampai mati.

Sebaliknya, orang-orang mudah sekali mengingat kesalahan yang kita perbuat. Tapi kalau sudah bicara kesalahan yang dia lakukan, sedetik berlalu bahkan telah lupa.

Tapi tidak mengapa. Tetaplah berbuat baik dengan mereka. Kemuliaan hidup itu tidak akan tertukar. Pun ketenteraman, rasa damai, itu juga tidak akan tertukar.

*Tere Liye

Jumat, 18 Desember 2015

Sahabat baik

Sahabat baik seperti belajar naik sepeda
Walaupun lama tak bersua,
Jarak dan waktu memisahkan,
Saat bertemu kembali, tetap sama
Mungkin sedikit kaku di awalnya, tapi sama menyenangkan

Sahabat baik laksana lukisan bersejarah
Walaupun muncul teman baru
Tempat baru, sekolah baru, pekerjaan baru
Selalu ada tempat meletakkan lukisan tersebut
Di ruangan terbaik, dan semakin bernilai
Di antara benda-benda istimewa lainnya

Sahabat baik seperti hujan
Yang menyiram lembut tanah gersang nan tandus
Agar tumbuh benih-benih manfaat
Besok lusa tinggi menjulang karena kepedulian
Selalu begitu, tak pernah berhenti


" Tere Liye "

Saat Hujan

Berteriaklah di depan air terjun tinggi,
berdebam suaranya memekakkan telinga
agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak

Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi,
pucuk2nya lebih tinggi dari kepala
agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari

Termenunglah di tengah senyapnya pagi,
yang kicau burung pun hilang entah kemana
agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu

Dan, menangislah saat hujan, 
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan 
Perasaan adalah perasaan,
Tidak kita bagikan dia tetap perasaan
Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan
Tidak berkurang satu helai pun nilainya
Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya
Perasaan adalah perasaan,
Hidup bersamanya bukan kemalangan, 
Hei, bukankah dia memberikan kesadaran
betapa indahnya dunia ini?
Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik
Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah
 
Maka nasehat lama itu benar sekali,
Menangislah saat hujan, 
ketika air membasuh wajah
agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan
 
 " tere liye "